9.30.2010

BERPESTA HANCURKAN KESUCIAN

rasa bodoh menikam hati,tanpa menyadari hati nurani,butakan emansipasi tuk nafsu biadap,tak menyadari akhir dari kebusukan jiwa,hasutan mulut busuk menjerumuskan penyesalan,kesucian hanya terbayar dengan omong kosong,persetan jnaji busuk tuk tak melakukan kebiadapan,dunia ini penuh dengan kaum hawa yang pecundang,keberanian diri tuk lupakan TUHAN,membawa kedok kesucian tanpa berhati suci,ancaman neraka dekati diri,berpesta hancurkan kesucian,yakin mempunyai TUHAN tanpa berakhlak keTUHANAN ,berpesta dalam kegelapan,tercipta satu nyawa menghilangkan nyawa tak berdosa,kebiadapan nafsu yang tak berhati nurani

BLACK Id

Merajut 1 mimpi bertabur harapan
Kuterbalut selimut kegelisahan
T’lah kutulis keceriaan dalam lembar hitam
Kugadaikan masa depan demi barang haram
Mengarungi dunia hitam yang tak terbatasi
Sang Mentari telah pergi akankah…kembali…
Why Black iD ?
My Infensy ?
Very Cozy Full To lought & cry …
Kau Beriku waktu untuk mengingat-Mu disaat ku ragu
Saat kukeliru langkahkan kakiku dijalan hitamku
Akankah kumampu hadir diaras-Mu semua dosaku bergelimang diragaku
Ku s’lalu menunggu datang Izrail-Mu tuk menemuiku

Ironi Dari Sebuah Kemunafikan

Dia yang termenung dan termangu
Seakan-akan tersedot kedalam lubang hitam dalam pikirannya yang nyaris beku
Perangai itu masih disana
Perangai yang menghubungkan antara hati dan logika
Sebuah antagonistik yang masih menjelajahi kelimbungan
Dan masih bermain dengan kesetiaan
Atau mungkinkah ini adalah sebuah penghianatan?
Persetan dengan etika!
Bibir berkata, hati berkelana, dan Otak menyimpang entah kemana
Semua begitu kontradiksi
Tidak ada kejelasan
Tidak ada keselarasan
Dan sesosok individu hilang dari kriteria tegas atas sebuah karakteristik
Dia hanyalah maya atas dirinya…
Dia hanyalah abu-abu…
Dia hanyalah remang…
Dia tidak cukup nyata untuk menjadi nyata.

Sisi Jiwa Yang Tak Pernah Pupus

Merana ku di penghujung akal ku
Lemah tak diasah dan seketika hilang tak berbisik
Sunyi ini menyenandungkan perih
Perih akan jiwa yg terlupa
Sebuah tokoh yg hidup tanpa peran
Sebuah jiwa yg limbung dan tak mapan
Jiwa yg rindu akan warna langit
Jiwa yg rindu akan warna hidup
Gemerisik sajak sesekali membangunkan benak
Tak banyak namun mampu membuatnya berlongitudinal dalam akal
Ini adalah seni yg gigih
Ini adalah yg terlupa
Kemonotonan sekalipun tak mampu membunuh insting seorang penyair
Sekalipun ia ingin…
Sebuah peranan jiwa kembali bangkit dibalik asanya yg bergejolak
Sekali lagi dia berdiri sebagai pribadi teguh yg merdeka
Tak dapat lenyap dan dilenyapkan
Dia masih disana menghantui hidupku
Menghantui setiap masaku..
Selamat datang wahai penyair…
Selamat berdiam di dalam sisi hidupku yang lain…

9.29.2010

Hati yang Kecil

Kecilnya Hati dengan sombong berkata,
“Aku tak ingin tersentuh,selain Ia yang datang”
Ia bukan tersakiti,
adalah hal lain yang takut kembali kerna kehilangan,
Tempat dimana dulu Ia memberinya mimpi,
hingga Lukisan tentang perasaan yang tercurah di saat Ada
Kini tiada,
serasa tercabik,
hilangkan rasa Kehidupan,
meredupkan lentera yang dulu menyala-nyala,
…dingin…
…sangat dingin…
Ia begitu angkuh,
menyiksa Batin,
Lupakan bahwa Hidup dengan Perasaan masa lalu,
takkan buat Ia tetap berdiri,
meruntuhkan Asa untuk terus mencoba,
Hilang begitu saja…
Hiduplah dengan Perasaan yang nyata,
Ia adalah Hati yang tak pernah membenci,
Hati yang takkan berhenti,
Hati yang selalu haus,
Hati yang rela kehilangan,
dan…
Hati yang berani menatap Kenyataan
Jangan biarkan pahitnya Kehilangan
membuat Pelangi di Hati menghitam,
terkunci…
Kecilnya Hati dengan Hati yang Sombong,
tak ingin tersentuh…

Oh Tuhan, Maafkan Aku

Mereka fikir aku tlah melupakannya
Tapi dalam hati ini masih merintih perih
Menahan sakitnya luka hati karenanya
Ingin kuteriakkan jeritan hati
Agar sesak batin ini tak menyiksaku lagi
Apa hati ini tlah terpatri
Pada sosok diri yang tlah jauh pergi
Mengapa seraut wajah yang jelas terlihat
Tak mampu ku lukiskan dengan sejuta asa
Namun seraut wajah yang samar kulihat
Mampu ku tuliskan dengan sejuta puisi cinta
Terima kasih Tuhan!
Karena Kau tlah kirimkan dia untukku
Cinta Abadinya untukku
Slamanya hidup bersamaku
Dan Maafkan aku Tuhan!
Meski Rasa Sayangku ada untuknya
Tapi hati ini sulit ’tuk berpaling kepadanya
Karna hati ini sudah ada yang memiliki
Cinta Sejatiku yang tlah jauh pergi
Akupun tak mau kehilangan
Orang yang ku sayang ’tuk ke sekian kali
Ku ’kan berusaha ’tuk lupakan Cinta Sejati
Meski sulit ku ingkari hati ini

Inikah

Inikah jalanku
Takdir yang harus kutempuh
Takdir yang Kau tulis untukku
Aku yang dulu terlarut dalam kesedihan
Terpuruk dalam kepedihan
Tlah Kau kirimkan dia untukku ‘tuk hadir temani hidupku
Tapi ntah mengapa kadang ku merasa jenuh
Tatkala raga menjauh hanya sepenggal kata yang terucap
Tak mampu mengisi akan hati yang tersirat
Tanpa sadar ku tengok kebelakang, hanya sekedar menengok
Mampu membuatku tersenyum
Teringat akan begitu indahnya masa lalu
Tak kuasa air menetes membasahi pipiku
Ya Allah Maafkan aku
Aku hanya seorang insan
Yang ingin diperhatikan dengan sejuta kasih sayang
Agar ku bisa melupakan
Dirinya yang tlah menghilang dari pandangan
Ya Allah Maafkan aku
Sungguh ku tak mampu menghapus kenangan itu dari hidupku
Maaf karena ku tlah khianati kasih yang Kau kirimkan untukku
Khianati hati ini yang sulit ‘tuk terbagi
Meski kini cincin ini tlah melingkar dijari manisku ini
Tapi sungguh kala ku dekat dengan kasih-Mu
Ku rasakan getar itu
Getar yang pernah hadir dalam diriku
Ya Allah! Inikah jalanku
Takdir yang harus ku tempuh
Takdir yang Kau tulis untukku
Satu pintaku pada-Mu
Buatlah hati ini hanya untuk satu
Untuk kasih yang Kau kirimkan padaku
Karena kini dialah Tunanganku
Slamanya ‘kan hidup bersamaku
Hingga di akhir waktuku

Mampu Dan Sanggupkah Aku

Mampukah aku melangkahkan kakiku
Saat aku berpapasan denganmu
Mampukah aku berdiri tegak saat kau menghampiriku
Mampukah aku bersua saat kau memandangku
Sanggupkah aku menahan rasa ini
Saat kau menatap mataku
Sanggupkah aku menahan air mataku
Saat ku ingat kau yang tlah menggores luka dihidupku
Karena suatu saat kita pasti bertemu
Oh Tuhan
Andai saat itu tiba, kuatkan aku akan siksa batin ini
Karna ku tak yakin, mampu dan sanggupkah diri ini
Menahan Gejolak hati
Amarah, benci, sakit serta rindu di hati
Ya Tuhan!
Aku berusaha semampuku ’tuk menutup tabir rahasia cinta itu
Tapi sungguh ku tak mampu karena Dia lah Cinta Sejatiku
Dan kini dia tlah pergi dariku
Meski ia masih menyimpan rasa sayang dan cintanya untukku
Namun sampai kapanpun aku dan dia takkan pernah bisa bersatu
Dan kumohon hapuskan rasa ini dari hatiku
Sungguh ku tak mau terpuruk dalam dunia semu

9.28.2010

Tentang AQ Dan Kamu

Langkahku terhenti saat hati mulai mencair karena rindu…
Tataplah mentari, karena hari ini semuanya harus kita akhiri
Genggamlah jariku, karena mungkin kita tak mungkin kembali ke masa-masa ini…
Peluk tubuhku ini, karena sungguh… aku ingin..
Pertama ku sentuh warnamu, saat hati ini gersang, penuh dengan debu….
Sperti Oase yg bangkitkan hasrat untuk berbagi angan.. kamu hadir bawakan aku Cinta..
Kamu buat aku tertunduk, merenung, dan menatap jauh ke dalam mata indahmu
Sungguh.., aku telah tenggelam dan hanyut dalam lautan cinta terlarang ini..
Saat kututup mataku, terbersit keinginan untuk bawa kamu jauh kedalam kehidupanku
Saat kuyakinkan hati ini bahwa kamu mampu bertahan dengan semua keadaanku saat ini
Selalu ada sesuatu yang memaksa aku berfikir kembali untuk melangkah lebih jauh
Sampai di Titik ini, aku harus menjawab… mengapa hatiku sering bimbang
Jujur…. dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam.. aku katakan…
Aku sayang kamu…… Aku cinta Kamu… Aku akan selalu rindu padamu…..
Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada padamu
Hingga buatlah kamu benci padaku karena perasaanku ini…
kita putuskan untuk arungi lautan yg penuh gelombang ini bersama-sama
Berbekal hati yg terluka, coba abaikan sakitnya, penuh harap, gantungkan angan diangkasa…
Walau hampir basah pipi ini dengan air mata tak percaya…
Getir…. Saat kau ucapkan setiap kata yang terbungkus cerita tentang kamu dengan dia…
Tapi sudahlah, aku bisa terima semua itu… dan berharap, tak ada lagi cerita yg keluar dari bibirmu tentang masa lalumu itu, karena aku masih ingat jelas rasa sakitnya…
Sejak saat itu, hariku tak lagi membosankan…
Sejak saat itu, ada wajah dan warnamu dalam setiap ruang di hati dan fikiranku
Ada senyummu, pandanganmu dan suaramu di sela-sela aku menghela nafas…
Sungguh, kamu begitu memberi arti di dalam kisah hidupku
Sampai kusadari, aku bukanlah orang yang kau cari…
Aku bukanlah pangeran dalam mimpimu…
Aku bukanlah pembawa bahagian di masadepanmu,
Aku hanya seorang pemimpi, yg dapat halangi kamu untuk temukan belahan hatimu yang lain..
Aku tak bisa menjadi tanpa batas dimatamu…
Akupun Kadang tak bisa selalu ada disisimu saat kamu butuh aku..
Aku tak bisa janjikan waktu-waktu indah untuk kamu,
Aku sadar benar, semua ini menyiksamu… aku dan kenangan-kenangan kita
Bila kita tak mungkin lagi bersatu,…
Sungguh….
Aku akan tetap berusah selalu ada untuk kamu,
Walau tak mungkin lagi hatimu utuh untukku..
Semoga kamu temukan cinta sejatimu, tanpa batas… hingga dunia tau….
Sesungguhnya ada ruang di dalam mata indahmu..
Ruang yang hanya pantas diisi dengan cinta tulus dengan hati…
Aku Cinta Padamu…
Terima kasih, untuk semua sayang dan cintamu.. yg membuat aku akan sangat kehilanganmu..
Jangan lupakan aku.. sungguh, kisah ini jadi penggalan manis dalam hidupku,
Walau “kita cukup sampai disini….”
Mungkin, Sampai aku kembali lagi…
Mungkin…

S Untuk E

Kulagukan setiap nada cintaku untukmu
Kuhempaskan setiap helai nafasku
Tuk hangatkan dinginnya jiwamu
Kugoreskan setiap tawa hidupku
Tuk temani kesunyian malamu
Mimpikan diriku tuk lengkapi tidurmu
Hadirkan ragaku disetiap langkah hidupmu
Belailah jiwaku disetiap peluk hangatmu
Dan ciptakanlah cinta Dihatiku dan hatimu
Cintakah rasa yang kini tercipta
Tercipta tuk lengkapi rasa
Rasa cinta yang takkan mendua
Karena hanya untukmulah
Diriku tercipta………………………..

Dia

Dia…
Dia lembut seperti kapas
Dia indah bagaikan malaikat bersayap yang turun dari langit
Dia anugerah terindah yang ada di hidupku
Wajahnya meneduhkan jiwaku yang rapuh
Tutur katanya menenangkan hatiku yang bimbang
Senyumnya menghiasai hari-hariku
Dan canda tawanya menghangatkan suasana di hidupku
Aku mencintainya…
Aku menyayanginya…
Aku mengasihinya….
Sepanjang hidupku….
Karenanya aku bisa mengenal cinta
Karenanya aku mengerti artinya hidup
Dan karenanya pula aku dapat merasakan indahnya hidup
Terima kasih Tuhan…
Kau telah kirimkan dia untukku
Walau aku tak memilikinya
Aku bahagia telah mengenalnya

Andai Masih Ada Kesempatan

Telah habis waktuku
Menyesali Semua ini
Dari fajar hingga petang
Diri ini masih terpaku
Tak terasa
bulir-bulir kristal jatuh dari kelopaknya
Aku percaya
Andai saja ia melihatnya
Pasti akan murka
Salahku..
Ini semua salahku
Bodohnya aku
Hingga tak tahu
harus kemana berlari
Sang khalik kecewa,,
Mungkin,,
Ia telah memberi persimpangan yang mudah
Padahal,
Itulah aku,
Dengan sanagt bodoh
Mengambil sisi yang lain
Kini ku letih
Mungkin,,
Sampai tiba waktuku,,
Aku akan tetap
kehilangan jiwa yang lain,,
Sampai aku mengembara dalam..
Kegelapan..

Sang Inspirasi

Apakah dia…
apakah dia adalah keidahan maya yang membuat sang nyata terpesona?
ataukah hanya kerlip semu yang melenyapkan haru..
seusai kuabadikan hati untuk membuatnya tetap bermimpi…
aku bertanya…
layakkah??
atau akankah hanya menjadi retak hati yang mengekang masaku…
hening…
keindahan yang mengelilingi jiwa…
dan rasa sakit yang bercermin kala…
kenapa aku rela bertaruh…
pada kisah yang tidak bisa aku akhiri…
hanya pada sang mata tempatku bertanya…
hanya pada sang hati tempatku berjanji…
aku kan menjaganya, di saat indahnya
atau saat setan membuatnya meneteskan air mata…
aku sayang kamu lunaku…
aku sayang kamu…
sang inspirasiku…

9.27.2010

Di Atas Sajadah Cinta

KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.
Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.
Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.
Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,
fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha
…”
(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya
…)
Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?
Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.

***

Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,
in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq
…”
(jika aku pencinta malam maka
gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar
…)

***

Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”
“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”
“Bagaimana, kau terima atau…?”
“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”
“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”
“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”
“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”
“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”

***

Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.
“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.
“Be…benarkah?”
“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”
“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”
Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,
“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”
Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.

***
Keesokan harinya.
Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.
Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.
“Toloong! Toloong!!”
Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.
“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”
Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,
“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”
Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,
Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”
Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,
Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”
“Syukurlah kalau begitu.”
Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,
“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”
Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.
“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”
“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”
“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.
“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”
“Aku mau melanjutkan perjalananku!”
Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.
“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”
Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.
“Tidak usah.”
“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”
Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.

***

Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.
Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,
“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”
Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,
“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”
Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.

***
Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.
“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.
Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.
Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.
“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”
Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,
“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”

***

Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.
Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,
“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”
Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.

***

Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.
Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,

Cinta Sepotong Mimpi

Dapatkah seseorang mencinta hanya karena sepotong mimpi? Mustahil. Namun, adikku semata wayang mengalaminya – setidaknya itu yang diakuinya.
Gadis yang dicintainya adalah Lala, adik sepupunya sendiri. Wajar, bukan? Bahkan, menjadi halal saat kedua orang tuaku kemudian berpikir untuk meminangnya.
Semua berawal dari penuturan Jamal. Ia bilang, ia memimpikan Lala sebagai gadis yang diperkenalkan Ibu kepadanya sebagai calon istrinya.
“Kami sudah saling mengenal, Bu,” kata Jamal dalam mimpi itu dengan malu-malu. Gadis itu pun mengangguk dengan senyum malu-malu pula.
Sebenarnya Jamal tidak terlalu meyakini gadis itu adalah Lala. Wajahnya samar terlihat. Namun, Jamal merasakan aura gadis itu cukuplah ia kenal. Hebatnya, ini diperkuat oleh ayah kami. Di malam yang sama, beliau bermimpi tentang Jamal yang duduk di kursi pelaminan bersama Lala! Apakah ini pertanda? Entah. Hanya saja, sejak itu aku merasakan pandangan Jamal terhadap Lala berubah.
Mereka sebenarnya teman bermain di waktu kecil, namun tak pernah bertemu lagi sejak remaja. Keluarga Lala tinggal jauh di Surabaya, sementara kami di Jakarta. Kami jarang berkumpul, bahkan saat lebaran, sehingga kenangan yang dimiliki Jamal tentang Lala adalah kenangan di masa kecil dulu sebagai abang yang kasih kepada adiknya. Kasih dimana sama sekali tak terpikirkan untuk memandang Lala sebagai gadis yang pantas dicintai, bahkan halal dinikahi. Namun, mimpi itu mampu menyulap semuanya menjadi…cinta (?).
Mari katakan aku terlalu cepat menyimpulkan sebagai cinta. Barangkali saja itu hanya pelangi yang tak kunjung sirna mengusik relung hati adikku. Pelangi yang mampu merubahnya menjadi sok melankolis hingga membuat kami sekeluarga khawatir melihat ia kerap termenung menatap kejauhan, untuk kemudian mendesah perlahan.
“Mungkin kau harus menemuinya di Surabaya,” kata Ibu.
”Rasanya tak usah, Bu. Masak hanya karena bunga tidur aku menemuinya,” jawab Jamal.
”Barangkali saja itu pertanda.”
”Bahwa Lala jodoh saya?”
”Bukan. Bahwa sudah lama kau tak mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi. Biar nanti Mbakmu dan suaminya yang menemanimu kesana.”
Jamal tertegun sejenak untuk kemudian mengangguk.
Wah, pintar sekali Ibu membujuk. Padahal tanpa sepengetahuan adikku yang pendiam itu, Ibu menyerahi kami tugas untuk ”meminang” Lala. Ibu betul-betul yakin mimpi itu sebagai pertanda sehingga memintaku menanyakan kepada Lala tentang kemungkinan kesediaannya dipersunting Jamal.
”Kenapa tidak minta langsung saja pada Paklik? Biar mereka dijodohkan saja,” kataku waktu itu.
”Ah, adikmu itu takkan mau.”
”Tapi…”
”Sudahlah. Ibu tahu Jamal belum terlalu dewasa. Kuliah saja belum selesai. Tapi setidaknya ia memiliki penghasilan dari usaha sambilannya berdagang, ‘kan?”
“Bukan itu maksudku. Apa Ibu yakin Jamal mau dengan Lala? Barangkali saja mimpinya hanya romantisme sesaat.”
Ibu tercenung. Aku yakin Ibu belum memastikan ini. Yang beliau tahu hanya Jamal yang bertingkah aneh. Itu saja. Selebihnya ia perkirakan sendiri. Sepertinya justru Ibulah yang ngebet ingin meminang Lala.
”Kupercayakan semua itu padamu.”
Walah! Berarti tugasku berlipat-lipat! Selain memastikan kesediaan Lala, aku pun harus memastikan perasaan adikku sendiri.

Ia diam. Sudah kuduga reaksinya begitu jika kutanyakan tentang kemungkinan perjodohannya dengan Lala.
“Kamu mencintainya?” Aku mengganti pertanyaan. Kali ini Jamal malah terkekeh.
”Mungkin… Entahlah. Rasanya tak wajar.”
Tentu saja tak wajar! Bagiku, mencinta karena sepotong mimpi hanya omong kosong. Lagi pula Jamal tak tahu seperti apa wajah dan kepribadian Lala dewasa ini. Aku pun tak tahu.
“Santai saja, Mal. Tak usah dipikirkan. Yang penting kita tiba dulu di sana,” kata Bang Rohim, suamiku.

Setiba di Surabaya, kami disambut keluarga Lala hangat.
”Wah, iki Jamal tho? Oala, wis gedhe yo?!” ucap Bulik.
Jamal hanya tersenyum. Apalagi saat pipi gendutnya dijawil Bulik seperti saat ia kanak-kanak dulu.
”Mana Lala, Bulik?” tanyaku saat tak mendapati anak semata wayangnya itu.
”Ada di dapur. Sedang bikin wedhang.”
Aku segera ke dapur. Aku sungguh penasaran seperti apa Lala sekarang. Kulihat seorang gadis di sana. Subhanalah, cantiknya! Ia mencium tanganku. Hmm, santun pula. Cukup pantas untuk Jamal. Tapi, aku harus menahan diri. Kata Bang Rohim, butuh pendekatan persuasif untuk menjalankan misi ini. Aku tak yakin aku bisa sehingga menyerahkan sepenuhnya skenario kepadanya.
Tak banyak yang dilakukan Bang Rohim selain meminta Lala menjadi guide setiap kami bertiga pergi ke pusat kota. Ia melarangku membicarakan soal perjodohan, pernikahan, pinangan atau apapun istilahnya kepada Lala. Katanya, kendati kami keluarga dekat, sudah lama kami tidak saling bersua. Bisa saja Lala memandang kami sebagai ”orang asing”. Upaya melancong bersama ini demi untuk mengakrabkan kembali Jamal, Lala dan aku. Kiranya ini dapat memudahkanku saat mengutarakan maksud kedatangan kami sesungguhnya nanti.
Malam ini saat dimana aku diperbolehkan suamiku mengungkapkan semuanya kepada Lala. Seharusnya memang begitu. Tapi Jamal mendahuluiku. Tak kusangka ia serius dengan perasaannya. Ia utarakan semuanya. Tentang mimpinya, tentang jatuh cinta, bahkan tentang pinangan.
“Mungkin Dik Lala menganggap ini konyol. Abang juga merasa begitu. Tapi, setidaknya sekarang Abang yakin dengan perasaan Abang. Jadi, mau tidak kalau Lala Abang lamar?”
Bukan manusia kalau Lala tidak kaget ditembak seperti itu. Ia tampak galau. Seperti aku dulu. Sayang Lala tak merespon seperti aku merespon pinangan Bang Rohim dulu.
“Maaf, Mas. Aku terlanjur menganggapmu sebagai kakak. Rasanya sulit untuk merubahnya.”
Berakhirlah. Sampai di sini saja perjuangan kami di Surabaya. Jamal tersenyum mengerti, namun kuyakini hatinya kecewa. Cintanya yang magis tak berakhir manis. Kami pulang ke Jakarta dengan penolakan.
Sejak hari itu, Jamal tak terlihat lagi melankolis. Ia kembali sibuk dalam aktivitasnya. Adikku itu benar-benar hebat. Kendati patah hati, ia tak mau larut dalam perasaannya. Bahkan, belakangan aku tahu ia belum menyerah. Setidaknya penolakan itu berhasil mengakrabkan kembali Jamal dengan Lala. Mereka berdua kerap berkirim SMS sekedar menanyakan kabar ataupun saling bercerita. Jamal betul-betul memandang ini sebagai peluang untuk mengubah pandangan Lala terhadapnya.
Waktu kian berganti hingga masa dimana Jamal mengutarakan lagi keinginannya itu. Sayang ditolak lagi. Begitu berulang hingga tiga kali.
Ayah dan Ibu prihatin melihatnya. Mereka tak bisa berbuat banyak. Keinginan mereka untuk menjodohkan saja keduanya Jamal tolak.
”Syarat orang yang menjadi calon istriku, haruslah tulus ikhlas menjadi pendampingku. Atas kemauannya sendiri, bukan pihak lain!” Begitu alasannya selalu.
Terserahlah apa katanya. Tapi ini sudah menginjak tahun kelima Jamal memelihara cinta tak kesampaian ini. Usianya kian mendekati kepala tiga. Cukup mengherankan ia tetap memeliharanya terus. Rasanya tak layak cinta itu dipelihara terus. Ia harus diberangus. Lala bukanlah gadis terakhir yang hidup di dunia. Untuk itu Ibu, Ayah dan aku kongkalikong untuk membunuh cinta Jamal. Sudah saatnya ia mempertimbangkan gadis-gadis lain. Kebetulan ada yang mau. Pak Haji Abdullah sejak lama ingin bermenantukan Jamal dan menyandingkannya dengan Azisa, anak sulungnya. Kami susun perjodohan tanpa sepengetahuan Jamal. Lantas, kami sekeluarga berusaha ”menghasut” Jamal untuk memperhitungkan keberadaan Azisa, temannya sejak SMU itu.
Alhamdulillah berhasil. Hati Jamal mulai terbuka untuk Azisa sehingga saat Pak Haji Abdullah meminta dirinya menjadi menantu, ia tak punya lagi pilihan selain mengiyakan.
***
Kesediaan Jamal memang sudah didapat, namun anehnya ia tak kunjung juga menentukan tanggal pernikahan. Kali ini naluriku sebagai kakak turut bermain. Rasanya Jamal tengah menghadapi masalah yang tak dapat dibaginya kepada siapapun, termasuk Azisa. Saatnya aku menjadi kakak yang baik untuknya.
”Entahlah, Mbak. Rasanya aku tak siap untuk menikah.”
Mataku terbelalak saat Jamal mengutarakan penyebabnya.
”Apa pasal?” tanyaku agak jeri. Aku tak berani membayangkan jika Jamal tiba-tiba membatalkan perjodohan. Keluarga kami bisa menanggung malu!
”Rasanya Azisa bukan jodohku.”
Aku semakin terkesiap. Aku mulai menduga-duga arah pembicaraannya.
”Lala-kah?” tanyaku. Jamal mengangguk pelan, namun pasti.
”Sebenarnya mimpi tempo hari itu tak sekonyong datang. Aku memintanya kepada Tuhan. Aku meminta Dia memberikan petunjuk tentang jodohku kelak. Dan yang muncul ternyata Lala!”
Aku kembali terdiam. Aku benar-benar payah. Sudah setua ini, masih saja tak dapat menjadi kakak yang baik buat Jamal. Aku bingung harus menanggapi bagaimana.
”Maafkan jika selama ini Mbak tak bisa menjadi kakak yang baik, Mal. Bahkan untuk masalahmu satu ini pun Mbak tak bisa menjawab. Hanya saja, kita tak akan pernah benar-benar tahu apa yang kita yakini benar itu sebagai kebenaran, Mal. Termasuk mimpimu. Mbak tidak tahu lagi harus menganggapnya omong kosong ataukah benar-benar pertanda. Kalaulah mimpi itu pertanda, pasti banyak sekali maknanya.”
”Kamu memaknainya sebagai cinta dan jodoh, Ibu memaknainya sebagai silaturahmi dan Ayah memaknainya sebagai tipikal istri ideal bagimu. Bukankah Azisa pun tak berbeda jauh dengan Lala? Mimpi itu nisbi, Mal.”
Jamal hanya mendesah pelan sambil memandang kejauhan. Mukanya masam. Mungkin tak menghendaki aku bersikap tak mendukungnya.
”Mungkin,” lanjutku, ”ini hanya masalah cinta saja. Mungkin hatimu masih hidup dalam bayangan Lala dan tak pernah sekali pun memberi kesempatan untuk dimasuki Azisa. Kau hidup di kehidupan nyata, Mal. Sampai kapan akan menjadi pemimpi?!”
Aku tersentak oleh ucapanku sendiri. Tak kuduga akan mengucapkan ini. Bukan apa-apa. Beberapa waktu lalu kami mendengar kabar Lala menerima pinangan seseorang. Kendati menyerah, aku yakin Jamal masih memiliki cinta untuk Lala. Ia pasti sakit. Aku betul-betul kakak yang tak peka. Aku menyesal. Aku peluk Jamal, menangis sesal.
Jamal turut menangis. Isaknya berenergi kekesalan, kekecewaan, kesepian, keputus-asa-an, bahkan kesepian. Aku terenyuh. Betapa ia menderita selama ini.
“Besok kita batalkan saja perjodohan dengan Azisa, Mal. Itu lebih baik ketimbang kau tak ikhlas menjalaninya nanti. Itu katamu tentang pernikahan, ‘kan? Kita bicarakan dulu dengan Ayah dan Ibu.”
Kupikir ini yang terbaik. Tak bijak rasanya tetap berkeras melangsungkan perjodohan di saat Jamal rapuh begini. Di saat Jamal terluka dan bimbang pada perasaannya. Biarlah keluarga kami menanggung malu bersama.
“Tidak. Kita teruskan saja. Aku ikhlas menjalani sisa hidupku bersama Azisa. Mungkin aku hanya membutuhkan sedikit menangis saja. Aku pergi dulu ke rumah Pak Haji untuk membicarakan ini. Assalamu’alaikum.”
Kutatap kepergian Jamal dengan perasaan tak tentu. Kalau diingat semua ini terjadi karena mimpi. Ya, Allah apakah benar mimpi itu pertanda-Mu? Jikalau benar kenapa sulit sekali terrealisasi? Jika pun tidak benar kenapa banyak orang mempercayai?
Aku terpekur. Maafkan aku adikku. Aku hanyalah insan, yang tak mampu menerjemahkan segala misteri-Nya, bahkan yang tersurat sekalipun. Aku hanya berusaha. Dia tetap yang menentukan. Maafkan aku.

Saat Bingung Memilih Pasangan

Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Hal itu dikenal dalam Islam yang namanya ‘kufu’ ( layak dan serasi ), dan seorang wali nikah berhak memilihkan jodoh untuk putrinya seseorang yang sekufu, meski makna kufu paling umum dikalangan para ulama adalah seagama.
Namun makna-makna yang lain seperti kecocokan, juga merupakan makna yang tidak bisa dinafikan, dengan demikian PROSES MEMILIH ITU TERJADI PADA PIHAK LAKI-LAKI MAUPUN PEREMPUAN. Disisi lain bahwa memilih pasangan hidup dengan mempertimbangkan berbagai sisinya, asalkan pada pertimbangan-pertimbangan yang wajar serta Islami, merupakan keniscayaan hidup dan representasi kebebasan dari Allah yang Dia karuniakan kepada setiap manusia, termasuk dalam memilih suami atau istri. Aisyah Ra berkata, “Pernikahan hakikatnya adalah penghambaan, maka hendaknya dia melihat dimanakah kehormatannya akan diletakkan”
Rasulullah pun bersabda, “Barang siapa yang menjodohkan kehormatannya dengan orang yang fasik maka dia telah memutus rahimnya” (HR Ibnu Hibban). Nabi juga pernah memberikan pertimbangan kepada seorang sahabiyah yang datang kepadanya seraya minta pertimbangan atas dua orang yang akan melamarnya, lalu Nabi menjawab, “Adapun Muawiyah bin Abi sufyan dia sangat ringan tangan (alias gampang memukul), adapun yang lainnya adalah orang yang fakir tidak memiliki harta yang banyak.” Lalu Nabi menikahkannya dengan Zaid bin Haritsah.
Dan untuk memantapkan pilihan, terutama dari berbagai alternatif sebaiknya melakukan shalat istikhorah baik di tengah malam maupun di awalnya, dan lakukan secara berkali-kali. Jika telah dilakukan berkali-kali maka KEMANTAPAN YANG ADA ITULAH YANG INSYA ALLAH MERUPAKAN PETUNJUK-NYA, DAN ITULAH YANG LEBIH DIIKUTI. Tetapi perlu diingat, bahwa informasi yang dominan pada diri seseorang sering yang lebih berpengaruh terhadap istikhorah, oleh karena itu perlu dilakukan berkali-kali. Dan untuk membedakan apakah itu keputusan yang dominan adalah selera semata atau dominasi istikharah agak sulit, kecuali dengan berkali-kali, sekalipun salah satu tanda bahwa itu adalah petunjuk dari Allah adalah dimudahkannya urusan tersebut, tetapi hal tersebut bukan satu-satunya alamat yang mutla

Cintamu TakKan Hilang D'HatiQ

kau yang slama ini menghiasi mimpi-mimpiku
bayangmu yang slalu bermain di khayalku
kini telah pergi dan takkan kembali
untuk merajut tali asmara yg menggelora di hati
meski hati ini telah kau sakiti
cinta suciku kau nodai
kasih sayangku kau khianati
tapi ku berjanji
jauh di lubuk hati
cinta yang pernah kauberi
akan kujaga dan kan abadi
tersembunyi jauh di dasar hati
sepanjang sisa hidupku ini

Tak Sempurna

Pejamkan mata hatiku
Heningkan perasaanku
Hilangkan benih cintamu
Yang pernah bersemi dihati
Ku coba pejamkan mata hatiku
Sekali lagi tuk berfikir
Masihkah salju hatimu
Seputih sayap malaikatku
Yang ada di surga langit
Masih terlintas dilubuk hatiku
Senyum tulusmu padaku
Manis bibirmu saat ku kecup
Hangat peluk tubuhmu
Semua masih terekam merdu
Mata air dihatiku meluap
genangi kelopak mataku
Tetes demi tetes disela mataku
Terjatuh lepas bersama isakku
Tiap tetes air mataku
Hilangkan cintaku padamu
Pudarkan janjimu padaku
Yang pernah kau benarkan
Hanya untukku selalu
Semua tak sempurna
Karena kau telah temukan malaikat penjagamu
Semua hanya jadi drama cintaku
Dengan tawamu diatas laraku
Walau hatiku teriak ingkarinya
tapi rasa itu masih ada
walau ku harus tetap bersandiwara
apakah menanti itu suatu hal yang memuakkan??

Ulang Tahun Tuk Sahabat (II)

hari ini
kalaupun kau merasa sedih
adalah hari bahagia
dibanding mereka yang kehilangan
seluruh anggota keluarga karena rudal

hari ini
kalaupun kau merasa malang
adalah hari keberuntungan
dibanding mereka yang
tak punya makanan,
tak punya rumah,
tak punya penghasilan

hari ini
kalaupun kau merasa tak punya peluang
adalah hari penuh kesempatan
dibanding mereka yang tak pernah sekolah
karena orangtuanya dulu tak punya uang

hari ini
hanya bahagia yang layak tergambar di wajahmu
atas semua karunia Allah yang melimpahimu
selamat ulang tahun untukmu sobat
semoga Allah mengaruniai rasa syukur
sebagai dekorasi indah pemanis hatimu

Ulang Tahun Tuk Sahabat

Kalau aku mengagumimu
itu karena kau selalu ceria
tersenyum dalam cobaan
bahagia dalam duka
malu mengeluh karena
memandang mereka yang lebih terluka

Kalau aku mengagumimu
itu karena kau ksatria
mendahulukan diriku atas dirimu
tak gampang mencela
memaklumi kesalahan orang lain
dalam lapangnya jiwamu

Kalau aku mengagumimu
itu karena kau siap berbahagia untuk siapa saja
bahagiaku adalah bahagiamu
keberuntunganku kau anggap keberuntunganmu
Saat-saat indahku adalah kebahagiaan bagimu

Selamat ulang tahun sobat
semoga hari-harimu semakin indah
teman-teman baikmu semakin melimpah
dan hidupmu dalam ridha Ilahi yang maha suci.


Ulang Tahun PeDe

Langkah pasti
tengadah menatap masa depan
penuh keyakinan
di tengah ketidakpastian
siap menerima penderitaan
ceria kala diterjang tantangan

Begitu gagah hatimu teman
walaupun hidup tak seindah impian
senangnya kita bisa bergandengan tangan
damai di kekokohan kepercayaan dirimu
tentram di sisi keyakinanmu yang dalam

Selamat ulang tahun teman
Berdoa dan Jagalah kegagahan hatimu
untuk menyongsong masa depan

Ulang Tahun For U

Kala hari bahagiamu datang,
dari diriku terucap salam,
semoga hari-harimu penuh kehangatan,
disayangi keluarga dan teman-teman,
dan kepribadianmu semakin matang,
senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan

Harapku hatimu diliputi kedamaian
jauh dari rasa iri dan dendam
bahagia atas kebahagiaan teman
bersyukur atas keberuntungan teman
rajin berdoa bukan hanya untuk dirimu,
tapi juga untuk keluarga dan teman-teman,
sebagai tanda terima kasihmu
atas hari-hari penuh kehangatan

Teriring sebuah ucapan
selamat ulang tahun
semoga dirimu dianugerahi Tuhan
kepribadian yang semakin menawan

Ulang Tahun (III)

Sudah sampaikah pelajaran
tentang pentingya keberanian
dalam mencapai tujuan-tujuanmu.
Yaitu pelajaran tentang seorang pemetik bunga
yang sekian lama mengincar
sekuntum mawar indah di dasar jurang,
tapi dia tak punya cukup keberanian
untuk menuruni jurang.
Hingga suatu hari sadarlah dia,
bahwa semua impiannya harus terkubur
bersama kedatangan seorang pemburu
yang memetik sang mawar untuk dibawa
pulang sebagai penghias rumahnya.

Selamat Ulang Tahun
Semoga bertambahnya umurmu
dihiasi tumbuhnya keberanian dalam dirimu.

Ulang Tahun (I)

Sekian tahun sudah kehadiranmu mempengaruhi orang-orang sekitarmu,
dan setiap perbuatanmu telah membentuk karaktermu,
dan setiap langkahmu telah membawamu mendekati atau menjauhi
cita-citamu,
dan kelak...
setiap tarikan nafasmu akan dimintai pertanggungjawabannya,
untuk menentukan tempatmu di alam yang abadi...

Selamat Ulang Tahun
Semoga langkah-langkahmu semakin matang
dan selalu membawamu ke arah yang lebih baik.

Ulang Tahun (II)

Detik berlalu
tanpa atau dengan kau beri makna
Jam berganti
tanpa atau dengan pedulimu
Hari-hari berlari
tanpa atau dengan baktimu

Dan umurmu dengan sendirinya
akan terus bertambah
Tapi kedewasaan tak mesti
akan menggantikan jiwa kanak-kanakmu.
Karena dewasa adalah sebuah pilihan
Karena dewasa butuh pengorbanan
Karena dewasa adalah sebuah kehormatan

Selamat Ulang Tahun
Semoga bertambahnya umurmu
diiringi mekarnya kecantikan hatimu
dan merajanya kedewasaanmu

ABU MUSLIM AL-KHAULANI (Doanya Tak Pernah Ditolak)

Diriwayatkan dari Atha’ ia berkata bahwa Abu Muslim al-Khaulani apabila ia pulang ke rumah dari masjid, ia bertakbir di depan pintu rumahnya, lalu isterinya pun bertakbir. Jika ia berada di halaman rumahnya ia bertakbir pula, maka isterinya pun menjawab takbirnya.

Pada suatu malam ia bepergian kemudian setibanya di rumah ia bertakbir, namun tidak seorang pun yang menjawab. Biasanya apabila ia masuk ke rumah, isterinya segera mengambilkan sorban dan sandal kemudian menghidangkan makanan untuk beliau.

Setelah ia masuk rumah, ternyata ruangan gelap, tidak ada lampu di dalamnya. Sementara itu ia temukan isterinya sedang duduk termenung di dalam rumah, menundukkan kepala sambil memainkan sebatang kayu lalu Abu Muslim bertanya, "Ada apa denganmu?"

Isterinya menjawab, "Engkau memiliki kedudukan di sisi Mu’awiyah namun kita tidak memiliki pembantu, kalau saja engkau mau meminta pembantu kepadanya, tentu beliau akan membantu kita dan pasti memberi."

Abu Muslim menimpali, "Ya Allah siapa saja yang telah merusak isteriku maka butakanlah matanya."

Sebelumnya, ada seorang wanita mendatangi isteri Abu Muslim, ia sempat berkata, "Suamimu mempunyai posisi menguntungkan di mata Mu'awiyah, alangkah bahagianya kamu sekiranya kamu berbicara kepada suami agar dia meminta seorang pembantu kepada Mu'awiyah, pasti ia akan memenuhi permintaanmu."

Ketika wanita (penghasut) tadi sedang duduk di rumahnya, tiba-tiba ia tidak bisa melihat. Ia bertanya, "Mengapa lampu kalian padam?" Orang-orang menjawab, "Tidak!" Maka sadarlah ia akan dosanya.

Kemudian ia menemui Abu Muslim sambil menangis, ia mohon agar Abu Muslim berkenan untuk berdoa kepada Allah demi kesembuhan matanya. Abu Muslim pun merasa kasihan kepadanya, lalu beliau mendoakan untuk kesembuhannya dan Allah mengembalikan penglihatannya.

LurusKan HatiQ

Tuhan, luruskan hatiku...

Susah sungguh hendak meluruskan hati
Berubah sahaja situasi
Dia pun berubah pula
susah sangat hendak dicorakkan

Di dalam satu warna
Warna hati senantiasa berubah
Dia tidak mau istiqomah
Mudah sahaja tergugat oleh suasana
Apabila mendapat ujian kesusahan
Dia mulai gelisah...

Jika ditambah lagi ujian
Jiwa bertambah parah
Manakala mendapat kesenangan
Bunganya bertambah merah dan cerah
Dia terlonta-lonta kegembiraan, lupa daratan
Dia terasa orang istimewa
Orang lain semuanya malang

Tuhan ! luruskanlah hatiku...

Di dalam sembarang situasi
Di waktu susah dan senang
Di masa sempit dan lapang
Engkau jadikanlah hatiku
Di dalam sembarang waktu tidak cacat denganMu

Kidung Sang Musafir Cinta

Oh, Sang Khalik Maha Pencinta,

Betapa sanubariku mengimpikan simphoni cinta
kehadrat-Mu. Betapa aku rasakan ada satu ikatan
dan keutuhan di lubuk nuraniku. Betapa
kerinduanku makin menjadi dan terus marak. Tapi
aku ingin masih mau berpetualang mencari titik
pusat cinta yang dapat mengukir rona-rona
kebahagiaan sempurna dalam hati hamba-Mu ini.
Kali ini kutahtakan syurga-Mu pada puncak
singgasana angan-angan jiwaku. Kiranya gelora
sukmaku terpaut pada artinya hidup ini.

Oh, Sang Agung Maha Pencinta,

Kutahtakan peribadi-Mu pada puncak singgahsana
pemikiranku. Kiranya setitis embun berkat
dicurahkan padaku, dalam setiap detik-detik
nadiku selamanya. Kutahtakan peribadian Rasul-Mu
pada puncak singgasana hatiku. Dan memang itu
satu pegangan hatiku yang pasti abadi - Keesaan-Mu yang paling agung.

Oh Sang Maha Pencinta,

Ajari aku bahasa cinta agar aku dapat menebarkan
dan mewartakan cinta. Ajari aku bahasa cinta agar
cinta-Mu melekat pada setiap insan yang aku
temui. Ajari aku bahasa cinta agar aku lebih suka
mencintai daripada dicintai. Ajari aku bahasa
cinta agar aku tidak tersalah memilih cinta.

Rintihan & Doa Seorang Hamba

Ya Allah...

Aku adalah hambaMu yang sangat lemah...
Aku tahu ni'matMu padaku tak terhitung banyaknya...
Aku mengerti ganjaran besar menanti buat mereka yang bersyukur...
Aku sedar seksa pedih buat mereka yang kufur...

Namun, sekadar tahu tak mampu membawa diri ini ditempatkan disisi rasulMu di syurga nanti...
Ramai yang tahu tempat mereka di neraka...

Ya Alllah, aku pohon padaMu ya Allah,
Tempatkanlah aku di sisi rasulMu ya Allah,
Peliharalah diri ini dari segala amalan yang menjerumuskan aku ke dalam seksa apiMu ya Allah,

Allahumma nawwir qulubana binuri hidayatik, kama nawwartal Ardha binurisy syamsik, abadan, abada birahmatika ya Arhamar Rahimin.....

Ya Allah terangilah hati-hati kami ini dengan cahaya hidayahMu
seperti Engkau terangi dunia ini dengan cahaya matahariMu
buat selama-lamanya dengan rahmatMu
Wahai Pengasih paling mengasihani antara semua pengasih...

Tempatkanlah aku di sisi rasulullah SAW...

Rintihan Seorang Hamba

Tak terasa waktu begitu cepat berganti
siang berganti malam
malampun berganti siang
detik berganti menit
menit berganti ke jam
dari jam menuju hari
haripun berubah ke minggu
minggu ke bulan
bulan ke tahun

Subhanallah….
begitu hebat Engkau bisa mengatur waktu
sedemikian rapi sehingga perputaran itu bisa kufahami
bisa kumengerti
bisa kupelajari

tapi entah…..
apa aku akan juga bisa memanfaatkan waktu yang Kau berikan tersebut ya Rabb
sudah berapa banyak waktu yang kau berikan untuk hamba terbuang sia-sia

Sungguh….
manusia tidak pernah bersyukur
saat diberi waktu longgar tapi disia-siakan
ketika diberi waktu yang sempit malah mengeluh
akankah kita terus-terusan seperti itu

ya Allah…..
ampuni hamba
berikanlah hamba kekuatan,
kemampuan tuk bisa menghargai waktu

Rabbi……
jadikanlah hamba orang yang sibuk mengingat Engkau
jadikanlah jamba orang yang senantiasa sibuk mencari keridhaan Engkau
berikanlah petujukMu ya Allah
jangan sedetikpun hamba Engkau lupakan
hamba tidak sanggup mengemban beban hidup hamba tanpa adanya pertolongan Engkau

Ya Allah…..
Kabulkanlah doa hamba ya…..
hanya kepada Engkau hamba meminta, memohon pertolongan, berserah diri serta mencurahkan segala keluh kesah
Dimalam yang kau sucikan ini, izinkan hamba memohon ampun kepada Engkau Ya Rabbi
Rabbana Atina Fiddunya Hasanah Wa Filakhirati Khasanah Waqina ‘Azdabannar…Amin

Tafakur

Ya Allah……
jadikan aku diantara orang dambaan_Mu
yang mencintai dan merindukan_Mu
yang mampu merintih dan menangisi….
dosa-dosa diri..


Ya Allah……
jadikan aku diantara orang yang bibir mungilnya selalu menyebut
asma_Mu..
yang air matanya mengalir karena takut pada_Mu……


Ya Allah…….
jadikan aku diantara orang yang lebih mencintai_Mu…
daripada selain_Mu..
yang hatinya terikat pada_Mu..
yang otaknya terjurus…
hanya pada_Mu..


Ya Allah……..
bimbinglah aku….
tuntunlah aku…..
agar aku dapat menjadi seorang putra adam dan hawa…
yang selalu ada dijalan ridho_Mu…

Catatan Seorang HambaMu

Malam ini ku sendiri dalam sepi ..
kerinduanku pada NYA berdesir membuai hati..
adakah desiran yang sama kau rasakan kawan ?

Ku tak ingin segera pergi dari buai ini ..
biarkan hati ini menari nari mengikuti rasa ini...
nikmati cahaya yang membuai hati ...
adakah yang lebih nikmat dari ini kawan ?

Pacaran NYA mengantarku pada keparipurnaan sang hati..
tak sanggupku menahan indah NYA ..
tak sanggupku memandang arif NYA..
tak sanggupku menolak tarikan NYA ..

Innalillahi wa inna ilahi rojiun..
lahaola wala quwata ila billah ...
kembalilah sang hati pada NYA..


Sandaran Hati

yakinkah ku berdiri
di hempa tanpa tepi
bolehkah aku mendengar-Mu

terkubur dalam emosi tak bisa bersembunyi
aku dan nafasku merindukan-Mu

terpurukku di sini teraniaya sepi
dan ku tahu pasti kau menemani
dalam hidupku kesendirianku

teringat ku teringat pada janji-Mu ku terikat
hanya sekejap ku berdiri kulakukan sepenuh hati
peduli ku pedul siang dan malam yang berganti
sedihku ini tak ada arti jika Kau lah sandaran hati

ini kah yang Kau mau benarkah itu jalan-Mu
hanyalah Engkau yang kutuju pegang erat tanganku
bimbing langkah kakiku
aku hilang arah tanpa hadir-Mu
dalam gelapnya malam hariku

Gadis Dengan Enam Senyuman

senyummu pertama
mengurai ikhlasmu pada jajaran syair yang menobatkan sukamu saat hati terpesona
arti
tak ada jengah terduga,guratmu selurus cakrawala
senyummu kedua
ketika ruang dada menyentakkan geliat gairah yang menjalari buku buku jarimu
dan terkibaskan hawa serupa kesturi melemahkan sendi
lalu cinta kau tenggarai ada terpaku didalam rusukmu
senyummu ketiga
tak lebih segaris dari datar bibirmu
amsal simpati dustamu pada rona suasana yang tak hinggap di laluan rasa
senyummu keempat
terkulum sahaja,melengkapi bahasa ragamu yang memainkan cerita peliknya mata
menatap silau dan rumitnya telinga menyaring lengking
kau merah setelah berandai putih
senyummu kelima
panduan jalangnya paras,menggandakan warna rupa di tepian hari
kau berseri menyusun lirik lirik yang kau maknai sendiri

Menulislah PerempuanQ

Setelah hujan reda
bersama tetes-tetes air
yang jatuh dari dedaunan,
tulislah tentang aku
yang berdiri mematung di kelebatan hujan.
Bukan karena cerita atau
khayalan yang sesaat
engkau menuliskan tentang aku.
Menulislah …. perempuanku
karena penamu tergerak
oleh dalamnya persentuhan kemanusiaan,
dirimu menjumpaiku dengan kecintaan dan rasa sayang.
Perempuanku ….
Menulislah dengan tulus
karena sekali tinta tertumpah akan membawa dunia makna
menulislah untuk menciptakan dunia yang ideal dan beradab
untuk manusia menyemaikan benih-benih rasa yang tulus.

TuhanQ

TuhanQ adil....
TuhanQ bijaksana...
Ia beriq derita & bahagia...
Meski kadang aQ bimbang…
Kasih_Nya Esa...
Sifat_Nya Rahman...
HidupQ damai dengan nama"_Nya...
Dan memberiQ semangat hidup...
Hingga aQ dapat tegar dalam hidup karna_Nya...
Karna Ia yg memberiQ cinta di dunia...
Untuk bekal bahagia di syurga…
Meski terasa siksa di dunia...
Jika Qingat nama_Nya indah duniaQ...
Allah adalah penyegarQ di tumpuan tawakkalQ...
Dan Muhammad adalah junjungan agamaQ...
Serta islam adalah hidupQ…
ALlahu Akbar...!!

9.26.2010

Romansa Romanticist

aku..
terpejam tenggelam dalam suci putih…
tersenyum dalam damai yang terindah…
sekelibat aroma tubuhmu..
kucium keningmu…
dalam sungguh dalam
dengan Cinta…
dalam pejam..
kurasakan deguban jantungmu
seirama untaian nada nafasku..
kau bisikan Cinta..
semakin aku merasakan…
kau tercipta untukku…
tanganmu yang memegangku erat..
seakan kau tak inginkan aku meninggalkanmu..
begitu pula aku…
perlahan aku membuka mataku..
kau tersenyum kecil..
membawa secercah mimpi dan harapan..
aku sungguh terkejut..
kau yg terindah…
ada di pelukan malamku…
sungguh itu kau..
sungguh itu nafas, bisikan, pelukan dan senyumanmu…
perlahan jariku merangkai telapak tanganmu..
biarkan aku menari bersamamu..
ikutilah gerakan tubuhku…
sedikit terisak..
kau dalam pelukanku…
kutanya..
kau bilang dalam hatimu..
“aku bahagia..”
kutanya…
kau bilang dalam hatimu..
“aku hidup kembali”
hilang semua keraguan dalam hatimu..
hilang semua ketakutan dalam hidupmu…
dalam hati aku bertanya…
nyatakah ini??..
dan kau menjawab kata hatiku..
“ini aku, dan kau dalam Cinta”
dalam hati aku bertanya..
abadikah ini??
dan kau menjawab kata hatiku..
“sampai kapan, seperti ini??”
artikan sebuah Cinta..
tak sesulit menghitung bintang di angkasa…
artikan sebuah ruang dan waktu..
tak sekeras batu karang…
mereka hanya ada dalam kesamaan jiwa,…
seperti aku dan kau..
yang tahu tentang isi hati yang terdalam..
perlahan kau berubah..
kau tak seperti Malaikat…
perlahan kau berubah…
kau semakin tua…
perubahan apapun pada dirimu..
aku masih ucapkan kata Cinta untukmu..
perubahan apapun pada usiamu..
genggaman tanganku padamu..
masih sekuat saat ini…
Aku mencintaimu…

K'percayaan

Sesaat ku rasakan kebahagian yang dulu tidak pernah aku dapatkan
Perkataan indah yang terucap dari bibir mereka telah meringankan bebanku dan membuatku berharap lebih terhadap hari indah ku
Sejuta sayang telah ku curahkan kepada mereka
Pikiranku yang semula buruk terhadap mereka telah ku gantikan dengan kasih yang tulus
Perkataan indah mereka telah membuatku terhanyut dalam kebahagiaan yang selama ini ku cari dalam hidupku yang gelap
Telah ku anggap mereka bagian hidupku di saat itu
Sampai semuanya berubah….
Bukan suatu hal itu yang membuatku berfikir terbalik
Bukan karena itu yang membuat hancur hatiku
Tidak pernah terpikir olehku mereka akan melakukan hal tersebut kepadaku
Pertama kalinya dalam hidupku aku merasa sangat tersiksa
Tanpa tersadar curahan air mata telah membanjiri wajahku
Batinku terobek-robek mengingat semua yang dulu pernah mereka katakan padaku
Aku tidak punya hak untuk marah terhadap mereka..itu kebebasan mereka untuk menyakiti hati setiap orang..
Aku hanya ingin tau alasan mereka melakukan hal tersebut terhadapku
Seburuk itu kah aku Tuhan…….
Aku tau semua itu kesalahan diriku,mungkin kesalahan ku terlalu besar kepada mereka Tuhan, tapi mengapa,mengapa mereka tidak memberi aku kesampatan untuk memperbaikinya…
Tanpa aku ketahui apa kesalahanku, mereka telah menghianati aku…..
Mampukah aku Tuhan,,,mampukah aku menyayangi orang lain seperti aku dulu menyayangi mereka….

M'ngagumimu M'buatQ Tak Br'daya

Saat jantungku berdetak… perasaan itu semakin hebat… nalurikupun semakin kalut, kusut dan berantakan…
segenggam dalam hidupku tak pernah kurasa seperti ini, semakin jauh, semakin terlarut semakin tak berarah…
Seperti syair lagu yg ku tulis telah semua ku coba, tuk menepikan perasaan ini.. namun ku tak bisa|
sebab setiap aroma yg ku hirup selalu menjadi jelmaanmu, yang menghantui, yang menyelimuti nadi di dalam darahku..
tetapi, aku tidak bisa melakukan persembahan apapun,
bahkan aku tidak mampu berkorban untuk memilikimu
dan aku hanya terdiam memandangimu..
sesaat batinku tersiksa, itu selalu kunikmati
sesaat hatiku terluka, itu membuatku bahagia
seperti itulah engkau .. wahai yang ku puja
sungguh mengagumimu, benar-benar membuatku tak berdaya

Penyair Yang Khilaf

tak sadarkah engkau?
tulang tulangmu semakin rapuh, dinding kulitmu mulai mengkerut, serta pikiranmu semakin kalut
tak sadarkah engkau?
ia adalah sebuah nama untuk sesaat, karena engkau takkan pernah di kenang , dan kematianmu takkan pernah di agungkan..
usaikan sudah kesombonganmu meningg-ninggikan namamu mengatasnamakan engkau adalah penyair terhebat di dunia,
tak sadarkah engkau?
dunia semakin menipumu, ia semakin memperpuruk jiwamu , hatimu, serta menggundahkan perasaanmu
merobek robek perasaanmu
usaikan sudah semua dusta atas dirimu, usaikan sudah semua ke ego anmu atas namamu..
ia adalah sesaat, takkan di kenang engkau
tak sadarkah engkau?
karena engkau telah membunuh jiwa aslimu, dan meleburkannya dalam kemunafikan atas ketenaranmu oleh egomu
jiwa seorang penyair ialah jiwa suci, ia takkan mencari cari kebahagiaan dan takkan mencari kesedihan
usaikan sudah semua dustamu, karena ia takkan berarti suatu apapun kecuali memperpuruk keburukanmu..

9.19.2010

AQ TIDAK MENDUSTAIMU

tak beda aku dengan ranting yang patah
meski terus berganti dan tumbuh
sesekali aku bersalah
terinjak oleh kaki yang lupa
tapi janganlah lupa akan cinta
yang telah melilitkan daunnya
pada jiwa dalam puluhan purnama
kitalah yang menanamnya
daunnya dari hatiku yang sungguh
kusiram dengan embun harap
pada penantian yang melindap
tertiup angin kelembutanmu
bila sesekali ada ragumu
jangan pudar aroma cintamu
karena aku tak akan menipumu lagi
sederhana saja :
aku tak mau kehilanganmu
sungguh,
aku tidak mendustaimu

FATAMORGANA CINTA

Mengalir pada untaian kata kata indah mesra
Terhanyut lepaskan dahaga yang tlah lama hilang
Berikan rasa tulus tanpa guratan lirih
Tenangkan hati untuk saling berbagi
Disepanjang waktu bunga kuncup berkembang
Harumkan tubuh hingga terasa ringan
Hingga terbang melayang layang terbuai angin
Namun kuasa alam sanggup merubah arah
Cinta yang mengalir bisa membuat kita bahagia
Namun cinta juga yang membuat kita terjatuh
Cinta adalah ketulusan & kejujuran
Tanpa itu…hanya fatamorgana Cinta…

23 TAHUN

23 tahun sudah waktu berlalu,
23 tahun dalam kebodohan,
23 tahun dalam keterpurukan,
23 tahun dalam kebingungan,
23 tahun berjalan tanpa arah,
cukup sudah segala penderitaan,
cukup sudah ketidaktahuan,
cukup sudah keputusasaan,
sadarku telah tenggelam,
kini ku kan kembali,
kembali ke jalan-Mu,

JANGAN PERNAH MENCINTAIQ

sudah buang saja cintamu itu
jangan kau serahkan padaku
mengapa kau tak dengarkan aku
jangan pernah menyayangiku
jangan pernah mencintaiku
sebab aku bukan untukmu
hatiku bukan milikmu
ku takkan bisa mencitaimu
jangan pernah salahkan aku
bila nanti kau terluka
karena mencintaiku

HUJAN

Mungkin sekarang memang sudah waktunya berganti musim,
Hari mulai hujan terus,
Didahului dengan langit hitam kelam.
Ada sedikit rasa takut dalam diriku.
Sendiri…
Kesepian…
Kemudian turunlah hujan,
Manusia dengan sejuta kegagahannya,
Menjadi tidak berarti apa-apa disaat hujan,
Hanya bisa diam,
Mungkin merenung.
Banyak memori yang tiba-tiba keluar,
Berloncatan disaat hujan,
Sejuta kenangan yang tanpa permisi
Memenuhi seluruh isi Kepala.
Perasaan-perasaan yang hanya di dapat
Pada saat hujan turun.
Hujan deras,
Ada yang memilih mencermati,
Mengagumi, membiarkan diri
Beristirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia.
Ada juga yang marah karena aktivitasnya terhenti.
Terputus dari sesuatu yang disebut dengan peradaban,
Sebagian merasa takut,
Merasa hujan seperti badai yang menghampiri
Seluruh hidupnya.
Kadang seseorang merasakan ketiganya…
Tetapi Sore ini,
Entah mengapa hujan menjadi punya makna,
Selalu ada pelangi setelah hujan,
Awan selalu kembali cerah,
Anak kecil, tukang jualan, hingga para
Pekerja kembali memenuhi jalanan.
Hujan ternyata bukan untuk selamanya,
Kadang memang panjang,
Kadang teramat panjang.
Tapi semua itu kembali normal,
Masih ada kehidupan setelah hujan…
Masalah itu ibarat hujan,
Betapa pun berat,
Betapa pun sakit,
Menyesakan,
Membuat mual dan ingin muntah.
Suatu hari…
Pasti akan berakhir
Bersabar, menunggu, mungkin merenung.
Sambil menanti hujan usai
Tidak perlu menembus derasnya hujan,
Membiarkan diri bertambah sakit
Atau basah kuyup.
Sedikit lagi….
Matahari akan kembali bersinar.
Sedikit lagi…
Keceriaan akan kembali mengisi hari.
Sedikit lagi…

ROMANTISME HUJAN

Mendekatlah sebentar…
Hujan memenjarakan rasa dalam gigil
Angin meronakan puitika atas tiap tetesnya bersenggama dengan bumi
Taut tanganmu adalah hangat
tatap dalam kerudung matamu adalah kelambu nyaman dalam imaji
beradu dalam jejasjejas lebam
retaknya nampan kaca di sudut siulan angin
Hujan menghapus hilangkan warnawarna
merah menjadi palsu
hitam menjadi legam
putih menjadi sebenarbenarnya hilang
Mengertikah kau akan tawaran malam
atau sempatkan membuat strategi langkah yang produktif bersama hujan
lalu siapa yang menghantam bulan hingga bersembunyi kecut di balik
awan menghitam yang murka
tidak lagi indah kah…??
jangan, biarkan hujan berhenti sebentar, dari kita akan kembali
menyusun hidup
mari mendekat kekasihku
jangan hilangkan tahtamu daripada ku
jika hidupnya cinta adalah kau
maka hujan esok hari tak lagi kunanti
ketika esok kau tak lagi di sini…

INTERUPSI TINGKAT TINGGI

aQ ingin interupsi
aQ ingin m'nyela
aQ ingin m'nyanggah
aQ ingin m'bantah
aQ ingin m'nuntut
aQ ingin br'teriak
Krna aQ punya hak untuk itu
Krna memang itulah pekerjaanQ
aQ harus terus menginterupsi
Meski itu sebenarnya tak perlu interupsi
Meski aku tak tahu apa yang ku interupsi
Pokoknya harus interupsi
Kudu
Wajib
Biar aQ tr'lihat vokal
Biar aQ tr'lihat gagah
Biar aQ tr'lihat m'bela rakyat
Biar aq tr'lihat tak makan gaji buta
Interupsi adalah keharusan
Interupsi adalah kepuasan
Dan interupsi adalah sebuah peluang