5.26.2011

WAHAI. . .APA ITU CINTA. . .?

Aku memandang nyalang, pada manusia lalu lalang
Kulihat, tanpa sedikitpun segan, mereka menggamitkan jemari tangan
Kata cinta menguar di angkasa, menghayutkan gemawan mega
Mangaburkan keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya bentara
Namun di sini, berdiri aku dalam keraguan
Tak mengerti dan terus bertanya :
Apakah segalon cinta lebih manis ketimbang sececap cita?
Dan apakah bahagia terwujudi harus dengan dimiliki?
Dan apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja,
Pabila mempersandingkan permaisuri di sisinya?

Dan tanya itu menggiringku masuk ke dalam labirin tua
Lorong pekat penuh lembap yang dindingnya berkeropeng dusta
Penuh tipu daya, tiap simpangannya menyesatkan pengelana
Aku ikuti setitik cahya, dan kulihat jawab di ujungnya

Aku bertanya lantang, “Wahai, apakah itu cinta?”
Kulihat sepasang muda-mudi bergelayutan mesra
Sang gadis tertawa mengikik, sang pemuda menggeliat laknat
Sahutnya, cinta adalah hari ini
Yang tergantikan segera oleh hari esok
Dia adalah kesenangan yang berkelindan selalu
Birahi yang terpuaskan, nikmat yang berseliweran
Aku tercenung, dan terus termenung
Jika cinta adalah pesta pora, lalu apa arti cerita Majnun
Cinta baginya adalah kisaran derita
Tetapi Majnun hanya tahu itu cinta, walau dia buta
Oh, betapa takdir cintanya berakhir nestapa

Aku berpaling dari mereka yang mencemooh nakal
Lalu aku pergi menuju ujung lain lorong teka-teki
Kuikuti suara-suara merdu, tawa, dan musik syahdu
Walau gelap pekat, suara itu menuntunku pasti
Dan akhirnya kulihat panggung megah berdiri kokoh
Dipenuhi penyair dan pujangga sepanjang masa

Dadaku serasa bergolak, aku menyeruak dan berteriak, “Wahai apakah itu cinta?”
Seorang pujangga menoleh, berdiri, dan menjawab panggilanku lalu mulai bersyair,
Cinta adalah roman tanpa batas
Inspirasi yang takkan mati; Api yang takkan padam
Yang geloranya membuatmu remuk redam
Tapi, bagai kecanduan, kau akan terus menyesapnya
Membuatmu merasa terbang menuju menuju mentari yang menyala perkasa
Sekali lagi, keraguan menyelinap dan membisik
Mestikah begitu, sebab kulihat nyala sangat redup
Menyambangi jalinan pernikahan yang suci
Gairah sejoli telah berakhir, tapi tidak memupus ikatannya
Tapi mereka masih menyebutnya cinta
Walau madunya telah habis, Sang kumbang masih hinggap di atas kembang

Aku melengos tak puas, dan berjalan tak tahu ke mana
Kususuri lorong berliku, begitu panjang jalanan, begitu terjal undakan
Dan pada satu tangganya, kulihat seorang pengemis renta mengharap derma
Dia berkata, “berikanlah milikmu yang terbaik, dan kusampaikan kebijaksanaanku”
Aku sebenarnya tak ingin percaya, tapi kakiku terlalu letih mencari jawab
Kuulurkan sebongkah batu mirah sembari bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Si pengemis diam dalam takzim, dan menjawab,
Cinta adalah menghamba tanpa bertanya
Ketaatan tanpa memerlukan jawaban
Kau memuja, dan menjadikan dirimu budak dengan sukarela
Kata-kata cinta adalah perintah yang tiada terbantah
Aku terpekur dan tak henti berpikir
Jika cinta merupakan penghambaan, lalu apa arti cinta Ilahi?
Dia yang menurunkan hujan, dan lebih agung dari apapun jua
Dia yang memberikan rizki kepada orang paling durjana sekalipun
Dia yang mencintai makhluk-Nya, dan tak memerlukan apapun dari makhluk-Nya

Aku merasa rugi atas permata yang terbuang percuma
Ini bukanlah kebijaksanaan; melainkan kedunguan!
Cinta si pengemis selamanya menjadikan dirinya pengemis
Yang mengiba, meminta, dan mengharap sejumput kasih
Jika ini dinamakan cinta, maka terkutuklah kata cinta!
Aku muak atas pencarian ini, lalu memutuskan keluar
Labirin tua tak lagi mengurungku, dan bau laut seakan memanggilku
Ini adalah aroma kebebasan yang menarik para pemberani
Dan seperti cerita lama, aku berlayar menuju samudera berombak, –sendiri
Angin kencang membantu lajuku, dan kapalku menuju horizon di tapal batas
Mencari dunia baru untuk ditaklukkan
Di ujung dek aku berteriak penuh kegembiraan
Walau kegembiraan itu kadang dibayar oleh rasa hampa di tengah lautan
Oh, tahun-tahun berselang; musim-musim berganti datang
Waktu-penuh-kenangan yang berkandung duka dan suka
Namun, pada suatu hari yang mengejutkan
Badai datang menenggelamkan apa yang tersisa
Aku lihat puing-puing yang karam, dan onggokan
Sementara aku hanyut ditemani tongkang yang terombang-ambing
Entah mengantarkanku ke mana

Di suatu tempat, saat aku membuka mataku
Aku rasai pasir lembut yang harum baunya
Dan riak ombak bermain-main di sekujur tubuhku
Apakah ini tanah orang- orang mati, ataukah aku masih hidup?
Oh, betapa hausnya aku…seteguk air akan mengobatiku
Dan, aku lihat sesosok datang mendekat
Sorot matanya menatapku lekat
Lalu menuangkan seteguk air pada bibirku yang kekeringan sangat
Pandanganku terasa kabur, dan dunia terasa berputar begitu cepat
Aku berharap dia adalah malaikat tak bersayap yang memberikan jawab
Aku merasa maut sebentar lagi menjemput,
Jadi tak ada salahnya bertanya, toh rasa malu akan terbawa lalu
Setelah sekian lama, sekali lagi aku bertanya, “Wahai, apakah itu cinta?”

Dia termangu,dan hanya tersenyum
Untuk menenangkan jiwaku yang sekarat, dia menatapku lembut
Dan kata-kata bagai menetes dari mulutnya
Kata-kata serasa madu yang manisnya teringat selalu, Jawabnya :
Cinta bukanlah benda untuk dimiliki
Tetapi tindakan untuk diperjuangkan
Cinta adalah kebaikan tanpa imbalan
Pernahkah mentari bertanya padamu atas sinarnya yang terang
Dan pernahkah pepohonan meminta jawaban atas keteduhannya
Jika kau memberikan segelas air pada orang asing,
Dan dia tak berhutang padamu apapun
Itulah cinta.
Bagaikan petani, kau menanam benihnya
Lalu orang lain memakan buahnya, menghilangkan rasa laparnya
Tetap ingatlah, cinta adalah pilihan hatimu
Bukan keterpaksaan dari rasa takut
Sebab cinta tidak pernah membuatmu merasa kehilangan
Dia terus membuat hatimu merasa kaya
Namun, sungguh dunia telah tercerai berai,
Dan manusia menjadi tersesat oleh makna cinta
Tergelincir keserakahan, cinta menjadi memabukkan
Untuk memiliki, bukannya memberikan
Untuk menguasai, bukannya mengasihi
Jika cinta tinggallah nafsu diri belaka
Yang tersisa hanyalah kerusakan semata
Tiada peduli sesama; Semuanya mengagungkan diri jua
Orang menamakannya cinta; tapi itu hanyalah dusta

Hari itu, aku tahu
Bahwa perjalananku bukannya berakhir,
Tetapi baru saja dimulai

Lalu aku mengatup mata
Dan mulai mendoa
Untuk satu pilihan kata di hati.



TEMAN

Teman,
Mari kita renungi sejenak kehidupan ini
Sungguh Alloh sangat sayang pada kita
DilahirkanNya kita dalam bentuk yang paling sempurna
DiberiNya kita akal dan fikiran sebagai software kehidupan
Dan diberiNya pula kita berbagai fasilitas kehidupan
Semua itu adalah titipanNya pada kita
Teman,
Pernahkah kita berfikir dengan hati yang jernih
Apa yang akan terjadi pada diri kita, bila Alloh mengambil salah satu milikNya dari kita
Siapkah kita
.. bila Dia mengambil penglihatan kita.
Siapkah kita
.. bila Dia mengambil tangan kita.
Siapkah kita
.. bila Dia mengambil fungsi otak kita.
Bahkan Siapkah kita
.. bila Dia mengambil semua milikNya dari kita.
Teman,
Sungguh itu semua
sangat mudah bagiNya
Seorang pakar yang bertahun-tahun dipandang banyak orang karena ilmunya
.
Kini harus kehilangan semua oleh karena salah satu jaringan syarafnya terhimpit
Teman,
Sungguh kasihNya tiada terbilang dan sayangNya tiada tara pada kita
Walau dosa kita menumpuk bagaikan gunung, namun Dia masih sayang pada kita
Kita masih diberiNya banyak nikmat dan kesempatan
Teman,
Kadang kita bangga atas kesuksesan kita, namun kita lupa pada yang memberikan kesuksesan
Kadang kita bangga atas ilmu kita, namun kita lupa pada yang memberikan ilmu
Kadang kita bangga atas jabatan kita, namun kita lupa pada yang memberikan jabatan
Dan banyak lagi kebanggaan-kebanggaan lain, sementara kita lupa pada pemberinya
Teman,
Kadang kita merasa gundah gulana saat suatu kesempitan datang
Dalam hati dan kadang ucapan kita keluar sumpah serapah
Kadang saat seperti ini, kita baru tersadarkan
.Dia menyapa hangat kita
Namun kadang timbul rasa benci padaNya karena kesempitan itu
Padahal, itu hanyalah sebuah buih dibandingkan samudra kenikmatanNya
Teman,
Sudahkah kita berterimakasih padaNya
Sudahkah kita berusaha keras untuk membaca dan mengamalkan surat cintaNya pada kita
Sungguh seringkali kita lupa padaNya
Mari kita lebih berbenah diri
Teman,
Terima kasih Anda telah membaca untaian kata-kata ini
Dari orang yang selalu ingin kehidupannya lebih baik dari waktu ke waktu

CINTA SEJAITI DAN TEMAN SEJATI

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur, ketika kita menangis, ketika kita membayangkan, ketika kita berciuman?
Ini karena hal terindah di dunia TIDAK TERLIHAT.
Kita semua agak aneh... dan hidup sendiri juga agak aneh...
Dan ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya SEJALAN dengan kita.
Kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan CINTA.
Ada hal - hal yang tidak ingin kita lepaskan...
Orang - orang yang tidak ingin kita tinggalkan...
Tapi ingatlah... melepaskan BUKAN akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru.
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari, dan mereka yang telah mencoba.
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
CINTA yang AGUNG adalah...
Adalah ketika kamu menitikkan air mata dan MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH menunggunya dengan setia.
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu MASIH bisa tersenyum sambil berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'
Apabila cinta tidak berhasil... BEBASKAN dirimu...
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas LAGI...
Ingatlah...bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya...
Tapi, ketika cinta itu mati... kamu TIDAK perlu mati bersamanya...
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang, MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada.
HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan - pilihan kehidupan yang telah kau buat.
TEMAN SEJATI...
Mengerti ketika kamu berkata 'Aku lupa'
Menunggu selamanya ketika kamu berkata 'Tunggu sebentar'
Tetap tinggal ketika kamu berkata 'Tinggalkan aku sendiri'
Membuka pintu meski kamu BELUM mengetuk dan berkata 'Bolehkah saya masuk?'
MENCINTAI...
BUKANlah bagaimana kamu melupakan, melainkan bagaimana kamu memaafkan.
MEMAAFKAN...
BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti.
MENGERTI...
BUKANlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasakan.
Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati, dibandingkan menangis tersedu – sedu.
Air mata yang keluar dapat dihapus, sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang.
Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang.
Tapi ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah, kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri.
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang. BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.
Apabila kamu benar - benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia.
Jangan percaya bahwa melepaskan SELALU berarti kamu benar - benar mencintai MELAINKAN... BERJUANGLAH demi cintamu.
Itulah CINTA SEJATI
Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama orang 'yang tersedia'.
Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai DARIPADA orang yang berada di sekelilingmu.
Lebih baik menunggu orang yang tepat kerena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang dengan hanya dengan 'seseorang'.
Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu dan kadang kala, teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.
And now find U'r Love

LEBIH INDAH MERASAKAN

Saat mata yang indah tak lagi bisa untuk melihat kenyataan dalam fana
Saat bibir tak mampu berucap, dan hati tak mampu merasa
serta Telingapun seakan tak berguna untuk mendengar semua yang ada disekitar kita
Jika aku hidup untuk seribu tahun mendatang
Aku takkan meminta lebih untuk hal itu
Jika hidupku memang hanya untuk sehari
Aku juga takkan meminta lebih
semangatku untuk hidup telah pudar
Aku seperti halnya mayat dan tak berakal
yang dibutakan oleh cinta
melebihi cinta ibu kepada anaknya
Tanah yang kering ini menjadi saksi
bahwa akan menjadi bagian dari sungai air mata
dari kepedihan siksaan cinta ini
semua seperti halnya makhluk yang hanya sebatas tak tahu kemana dia akan berakhir
Kini semua peluh telah aku rasakan
derita demi derita telah aku jalani dan tiada yang mengerti
siapa aku ini, bahkan aku sendiripun lupa apa dan siapa aku ini
Deritaku karena hal yang takkan pernah bisa manusia lihat
dan hanya dapat dirasakan oleh mereka yang benar-benar yakin
Tidakkah kalian mengerti bahwa tiada yang salah dengan sebuah kata cinta
Dia begitu indah dan begitu melekat pada diri sebuah makhluk
hanya bisa merasakan, tanpa bisa mengetahui dari mana datangnya!

KEMBALINYA MANUSIA MALAM

Kembalix manusia malam
d'tengah malam m'cekam
br'teman cahaya temaram
br'selimut kabut kelam
M'nyusur s'tiap sudut jalan
s'orang diri tanpa teman
tanpa arah dan tujuan
bak s'orang anak jalanan
Deru mesinx br'nyanyi
m'mecah alam yg sunyi
seperti nyanyian suara alami
m'nyanyiKan lagu sepi
Mengapa kau kembali...?
aQ tak m'ngerti
Sampai kapan kau begini...?
Q tak tau pasti

5.20.2011

APA YANG KITA SOMBONGKAN...?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

APA YANG KITA SOMBONGKAN...?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di satu kutub dan kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan.

Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju kesadaran sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada dua perubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah makhluk fisik, tetapi makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam.

Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

5.10.2011

Harga Sebuah Kebebasan Adalah Toleransi & Resiko

Sebagai manusia yang merdeka tentu saja “Kebebasan” itu memang tidak bersyarat, (bisa) saja tidak terikat  Etika - Moral, Tetapi ketika “Kebebasan” diadaptasikan kedalam kehidupan bermasyarakat baik perorangan, maupun umum, maka kebebasan itu menjadi punya “harga” dan harga itu bernama Toleransi dan Resiko.
Indonesia negara yang merdeka,
rakyatnya punya kemerdekaan untuk berexpresi
Harga sebuah kebebasan. Tentu beragam jenis dan beragam efek yang ditimbulkannya. Ada kebebasan yang berharga sebuah resiko, seperti kebebasan berekspresi dalam pentas seni karikatur seorang Nabi yang sempat menguncang dunia.
Ada kebebasan yang berharga sebuah resiko perubahan hidup, contohnya kebebasan seks pranikah yang akan memberi perubahan tantanan hidup seorang gadis menjadi seorang ibu, jika sampai terjadi kehamilan.
Ada kebebasan yang membuat kita, beresiko kehilangan harga diri dan hak sebagai orang bebas, dimana kita terlibat masalah yang sampai dipenjara.
Ada kebebasan yang berharga sebuah permulaan dari hidup baru, contohnya kebebasan seorang napi yang mana kebebasannya, seharusnya menjadi moment sebuah perubahan untuk memulai hidup yang lebih baik.
Ada kebebasan yang berharga sebuah prestasi, dimana seseorang memberi kita kebebasan dalam mengekspresikan diri dalam berkarya dan memberi kebebasan berpendapat yang menunjang suksesnya sebuah prestasi kerja.
Ada kebebasan yang berharga sebuah kenikmatan hidup, contohnya seseorang yang terbebas dari suatu deraan sakit penyakit berat yang mengerogoti kesehatan fisiknya.
foto ini kiriman seorang teman lama yang tinggal di Belanda
Ritual keagamaan (meditasi) dimana pesertanya bugil.!
potret sebuah kebebasan berbuat yang butuh toleransi dari sesamanya
Kebebasan dalam berekspresi, bisa berakibat baik atau buruk untuk pencetus/ pembuat dan penerima serta pemakai kebebasan itu. Tentu saja semua punya “harga” masing-masing. Seperti kebebasan dari ekspresi seorang teman/ sekelompok orang yang tidak bisa kita terima, karena menyinggung atau membuat tidak enak/ sakit hati pada diri kita, tentu harganya adalah sebuah pembelajaran, bagaimana kita belajar bahwa kebebasan yang diekspresikan orang lain, bisa berakibat pada yang lainnya. Perlu diingat, resiko yang didapat dan toleransi yang diberikan. Jadi kita belajar menghargai pula kebebasan yang diekspresikan orang lain, tentu dibatasi pula oleh kebebasan yang lainnya, benar pepatah mengatakan : diatas langit, masih ada langit.!. Kebebasan dengan harganya, merupakan sebuah proses untuk kematangan jiwa dimana kita mengenal lebih jauh, ada budaya/ kebiasaan-kebiasaan serta hak orang lain yang patut kita hargai.
Ada kebebasan yang berharga sebuah toleransi, contohnya yang paling mudah dilihat dan dirasakan keefektifannya pada lingkungan, yaitu kebebasan merokok di arena umum. Contoh lain kebebasan yang berharga sebuah tolerasi kepercayaan, yaitu ketika hari ‘Raya Kurban’ tiba banyak sapi disembelih, padahal bagi umat hindu, sapi adalah binatang suci. Nah disini umat Hindu mampu bertolerasi, untuk memberi kebebasan pada umat islam untuk melakukan ritual keagamaannya. Demikian juga ketika bulan puasa tiba, umat non muslim memberi toleransinya pada umat muslim yang menabuh bedug disaat sahur, ketika umat non muslim sedang terlelap tidur.
Masih banyak lagi contoh-contoh ‘harga’ (baca : Toleransi dan Resiko) dari sebuah kebebasan. Tergantung bagaimana kita mengekspresikan kebebasan itu dengan aplikasinya, baik dalam interaksi yang terealisasi dalam keseharian hidup.
Sebuah pertanyaan yang mengelitik kalbu, bisakah sebuah ‘kebebasan’ jika dipandang sebagai sesuatu yang mutlak terlepas dari etika, moral dan toleransi.? Jelas jika kita mempermasalahkan harga sebuah ‘kebebasan’ tanpa berpikir realisasi toleransi yang boleh terjadi atau akan didapat dengan resiko yang ditimbulkan/ didapat, maka kebebasan, hanya boleh menjadi sebuah aksi NATO (No Action Talk Only) hanya jadi pembicaraan tanpa aksi nyata untuk sebuah kebebasan.!
Kebebasan yang berharga Kebahagiaan
Contoh dalam lingkup terbatas, adalah dalam hidup interaksi berpasangan sebagai suami istri, kebebasan berpendapat memberi bobot yang lebih kuat bagi pasangan itu menjalani kehidupan berpasangannya. Sepasang suami istri akan mendapat masalah jika kebebasan berpendapatnya terbelenggu, tentu saja ini dalam kontek kebebesan berekspresi yang positif, seperti diberi kebebasan memberi saran untuk merancang desain rumah, dan hal-hal yang harus diambil kata sepakat sebagai pasangan.
Kebebasan berekspresi negatiflah yang harus dibelenggu dengan bijaksana, bukan saja oleh pasangan kita, tentu oleh diri kita sendiri, yaitu seperti kebebasan ‘mengomel’ kebebasan mencaci maki jika tidak sependapat, kebebasan menuntut secara egois. Nah peran ‘harga’ dari sebuah kebebasan menghasilkan kejadian penuh resiko negatif, jika kita mengelarnya juga secara negatif.
Kebebasan yang menghasilkan kebahagiaan, adalah dimana kebebasan itu juga memberi hak bahagia pada pihak lain, serta memikirkan apa dan bagaimana segala resiko dan toleransinya akan berefek. Sayangnya tipis pemisah antara kebebasan yang menghasilkan toleransi dan resiko untuk sebuah hubungan karena dirancukan oleh manipulasi emosi dari masing-masing pihak.
kita berharap komunitas Kompasiana ini tetap menjadi ajang kebebasan dalam berecpresi baik dalam pengiriman tulisan maupun dalam berkomentar, tetapi menjaga / menjunjung tinggi azas bertoleransi, dan siap menerima resiko dari interaksi dan aksi sesama anggotanya. dimana kita terkumpul dari multi suku, multi ras dan multi agama.!

5.05.2011

THE SHADOW

He kept his darkness for years
Now that it revealed
One has appeared
This one called QUESTION
He used to walk through his own shadow
No one chased him down
One has come
This one known as INSECURE
He was so cheerful
Never taste painful
One has gone
This one said LOVE
His shadow has revealed
His insecure haunts him down
One that gone, that said as love
Left scar in his heart
The shadow needs his light

SAHABAT MENJADI CINTA

Q dapati diri ini s'makin tr'sesat saat Qta br'sama
Q rasaKan jiwa ini s'makin tr'siksa saat Qta br'dua
Desah nafas yg tak bisa Q hembusKan
Pr'sahabatan br'ubah m'jadi cinta
Apa yg kini tengah Qta rasaKan
MengapaKah Qta m'coba pr'satuKan
S'suatu yg tak s'harusnya ada
MungkinKah ini cobaan tuk pr'sahabatan Qta
Atau mungkin s'buah takdir Tuhan
Yg m'buat Qta seperti ini
AkanKah semua 'Kan br'akhir dengan sia"
Pr'sahabatan yg dulu s'lalu buat Qta tr'tawa
Kini m'jadi bumerang tuk diri Qta
TidakKah kau sadari kini semua br'ubah
Seperti tak ada k'nyamanan lagi
Saat Qta br'canda dan tr'tawa
Kenapa kau biarKan ini semua tr'jadi
Kenapa kau biarKan semua ini tr'noda
Kapan semua ini 'Kan br'akhir
aQ lelah. . .

WAITING

In the darkness I keep my eyes open
In the rain I still stay here with tears
In the crowded I keep my ears to hear
And I am
Waiting. . .waiting. . . waiting. . .
I wait U until answer me
I still I still I still. Here in the dark wait for U
What U want ? what you talk ? What you need ?
I give U what you want, I give you what U need
But I don’t know U'r feel for me!

MALAM

Malam m'bawaQ pergi br'mimpi
Malam m'ngajaQ hilang br'sama angan
Meski hening. . .Q nikmati k'indahannya
Meski sunyi. . .Q rasaKan k'damaiannya
Sempat Q gelisah karena k'gelapan
Namun Q palingKan semua dengan harapan
Q yakini ada s'titik cahaya yg mampu m'rangkul k'gelisahanQ
Ada s'genggam sinaran hati yg mampu m'hancurKan sesak penat d'jiwaQ

SAVE ME

Lying down, bare naked
Undressed by this feeling of lonely
My soul suffers from the pile of words
That ended from the unstoppable drips of tears
A pair of wings that what I want
To fly away and glide high
Search the soul that called mine
In the desert of unborn
A stepping stone is just what I need
That leads my hoop onto next round
Not to stuck in the middle of a pond
Where I can’t swim to reach the shore
Lying down, bare naked
I feel undressed by my own feeling
I just need a hand to reach me inside
Not to let me end on unstoppable fear

5.02.2011

SAATNYA

Mengapa aQ tidak bisa sepertimu
Hadir d'setiap malam m'ngusik
Mengapa aQ tidak bisa sepertimu
M'hapus setiap airmata
Kau begitu sempurna
Begitu besarnya cintamu tukQ
Hingga m'nyilauKan
Dan kadang m'nyakiti
Saat jiwa rapuh Qta br'temu
Saat d'mana Qta m'rasa d'takdirKan br'sama
Saat d'mana Qta m'rasa hanya ada Qta
Saat d'mana Qta m'rasa iniLah akhirnya
Tanpa deraian airmata
Tanpa suara isak tangis
Hanya tawa bahagia
Dan ungkapan cinta
Jalan yg Qta lalui begitu sempurna
Qta br'pegang tangan
Tanpa ada rasa tr'sakiti
Karena ini adaLah awalnya
Hanya dengan m'lihatmu m'mandangQ
Dengan senyum itu
Hanya m'dengar suaramu yg bagai nyanyian surga
Sampai tiba waktunya
Waktu Qta m'mulai s'buah akhir
Qta mulai dengan cacian
Lalu airmata
aQ m'hargai dirimu
aQ m'mujamu s'bagai k'kasih
aQ m'cintaimu s'penuh jiwa
aQ m'nginginKan hidup s'lamanya br'dua
aQ ingat
“BolehKah aQ m'milikinya...?”
“Hanya tuk saat Q luka br'samamu”
“aQ akan tetap m'nyayangimu walau br'samanya”
Bukan hanya awan hitam, namun badai yg kau bawa
M'hacurKan istana yg Qta bangun br'sama
M'ciptaKan k'nangan kelam yg dulu
M'dekatKan Q pada k'hancuran
BukanKah itu sama artix
Kau m'minta Qta m'ngakhiri ini?
Kau m'minta aQ m'ninggalKanmu
Dengan m'berimu izin itu?
ApaKah otakmu hancur dan hilang?
TidakKah kau br'pikir
Pr'tanyaan bodohmu itu
M'mulai bencana
S'iiring waktu
Semuanya tr'lihat terang dan jelas
Qta tidak d'takdirKan tuk s'lamanya
Qta hax m'buang waktu s'lama ini
Saatnya m'ngambil langkah
Saatnya m'beri jarak
M'nunggu saat yg tepat tuk pergi darimu
SalahKah aku?

BEGITUKAH

Lisanmu yg sebut namanya telah m'sayat hatiQ
Keluhmu tentang sikapnya, telah m'ngalirKan sungai airmata bagiQ
Begitu besar egonya yg acuhKan kasihmu
Mengapa kau tak m'milih aQ s'bagai bunga cintamu
Jika hanya luka yg kau dapat darinya
Tak m'ngertiKah kau arti hadirQ s'lama ini
Begitu tr'pejamKah matamu hingga tak m'lihat arti setiaQ
Begitu tr'kunciKah hati hingga tak dapat m'rasa jerih payahQ tuk m'yakinKanmu